Pages

Rabu, 31 Maret 2010

Red-White


Hari ini UKM gue yaitu KSM bikin seminar lagi temanya edutaiment, 'from creating to acting' maaf yah baru publikasiinnya sekarang cuz gue juga kemarin lagi badmood...
well....
ada yang menarik di acara seminar workshop ini...
sponsornya LA dan ada pembicara dari 'The Mo Brothers' salah satu PH yang membawahi film 'Rumah Dara' satu lagi yaitu Itong 'club eigthties' (sebenarnya bukan ini yang menarik, gue cuma numpang promosi doank)...
begini teman2...
pada saat pertengahan acara, kami disuguhi sebuah film pendek yang jadi pemenang LA Light indiefest judulnya 'sang penjahit' (jelas menang sutradaranya Lukman Sardi)...
dan yang menjadi suatu kegelisahan dalam hati gue adalah kenapa film yang bermutu itu kebanyakan film indie, bukan film komersil...
padahal film indie itu khan low budget, publikasinya juga gak luas-luas banget, penonton film komersil malah kebagian film yang jual 'sensasi-sensasi' doank...
welll....
filmnya sendiri berlatar belakang peristiwa Mei 1998 (penjatuhan rezim Soeharto) tapi justru point of view-nya bukan politik yang mendasari peristiwa tersebut, tapi lebih kepada kisah seorang penjahit yang diminta menjahitkan bendera merah-putih oleh mahasiswa trisakti (makin eksis aja deh tuh kampus...) yang mau berdemo besok harinya...
si penjahit sudah capek dan kepayahan untuk melayani mahasiswa tersebut, tapi karena mahasiswa tersebut meminta dengan sangat, maka dia jahitin aja deh...
pada suatu ketika, jahitan yang sudah rapi ketumpahan kopi, akhirnya si penjahit mencari bahan kain untuk mengganti kain yang kotor tersebut...
nah disana agak keliatan setting kerusuhan Mei (bukan bakar-bakaran teman...) yaitu toko-toko di pasar baru milik saudara kita yang keturunan TiongHoa ditutup...
akhirnya si penjahit mencari lagi bahan kain putih, sampai pada suatu ketika dia melihat ada selembar seprai putih dijemur, terbersit pikiran untuk mencurinya...
tapi si penjahit mengurungkan niatnya...
akhirnya dia merelakan seprai miliknya satu-satunya....
pas bendera udah setengah jadi, si mahasiswa dateng dan meminta bendera tersebut, tapi si penjahit minta waktu sebentar untuk menyelesaikan jahitannya...
si mahasiswa malah melihat bendera yang kemarin ketumpahan kopi dan meminta mengambil bendera itu saja...
si penjahit menolak karena benderanya kotor, tapi apa kata mahasiswa tersebut "merah-putih bukan hanya bendera tapi hati juga, klo hati kita menginjak2 Indonesia berarti hati kita bukan merah-putih." (gue langsung nangis setetes tanpa peduli softlense gue nanti copot)...
setelah si mahasiswa pergi si penjahit tadi mengambil topi veterannya (ternyata penjahit tadi itu mantan tentara pejuang Indonesia), memakai baju kebesarannya dan hormat didepan burung garuda (dan gue nangis lagi)..
dia lalu pergi ke warung terdekat memesan combro dan kopi kesukaannya, sambil melihat di berita demo mahasiswa besar-besaran, ada adegan dorong mendorong antara aparat dan mahasiswa lalu bendera jahitan si penjahit jatuh dan diinjek-injek sama para peserta demo, mata si penjahit langsung berkaca-kaca, ia lalu pulang dan menggelar bendera merah-putih yang baru di lantai rumahnya, lalu hormat kepada bendera itu...
point of view pertama gue adalah soal perfilman Indonesia yang sudah dibahas diatas...
yang kedua adalah suatu sikap patriotisme yang sederhana dari seorang penjahit, gue menangis bukan karena iba tapi karena gue sendiri terlalu sering menghujat dan membandingkan negara gue dengan negara lain, yaah karena korupnyalah, mutu filmnyalah, trafficnyalah, regulasi pemerintahnya dan lain sebagainya, termasuk lebih nyaman make jins Mark & Spencer buatan Jerman yang harganya gak cocok buat cewe yang masih minta duit sama orang tua kayak gue dibanding beli jins buatan Cibaduyut atau maksa nyokap buat beliin tas Louis Vuitton buatan Perancis dibanding beli tas di Tajur... (ini bukan masalah mutu tapi gengsi, perilaku konsumen ini teman...)
gue menuntut macam-macam dari negara gue dan yang ada gue cuma menuntut bukan merubahnya, masih malas-malasan kuliah, bahkan berpikir 'ngapain sieh udah kuliah mesti ada mata kuliah yang judulnya 'Kewarganegaraan?' gue gak pernah serius menjalankan upacara bendera waktu sekolah dulu...
dan klo lw melakukan hal yang sama 'bejat'nya seperti yang gue, lw mungkin akan merasa seperti itu pas nonton tuh film... (dan klo lw masih merasa orang Indonesia)
Man, gue pikir gue makan dari tanah negara gue, bernaung di tanah negara gue, dan Sang Ibu Pertiwi gak pernah mengeluh klo tanahnya dieksplotasi besar-besaran tapi untuk memperluas negara orang dan Sang Ibu Pertiwi gak pernah menangis saat hutannya digundul dan hewan-hewannya nyaris punah demi ngasih makan kita...
walau ujung-ujungnya kita kena dampak sekarang...
gue pernah ke Eropa buat jalan-jalan dan lw tau apa yang gue rasakan? pertama (gak usah munafik) betapa indahnya negara orang ini (rumput tetangga memang lebih hijau) dan yang kedua gue ngerasa pantai di Bali lebih bagus dari ini...
di saat lw pergi ke negara orang lw akan merasa bahwa lw bangga memiliki kewarganegaraan yang lw punya...
tapi gue tahu gak semua orang punya kesempatan buat berwisata ke luar negeri kayak gue...
apa iya mesti keluar negeri dulu baru merasa bangga negara sendiri...
guys, gue cuma menekankan aja sekarang (dan semoga gue yang 3 tahun lagi akan ikut membangun negara ini juga selalu inget itu) tunjukin sikap patriotisme kita, gak usah dengan maju ke medan perang lawan salah satu negara yang gak tau diri mengklaim batik dan Reog Ponorogo, tapi lewat hal kecil, dan gak usah mengharap sebuah penghargaan atau spotlight saat melakukannya...
caranya sederhana banget:

  • dengan cara lw belajar (klo lw masih dalam masa kependidikan) dengan serius, jangan ngarep NILAI teman, nilai itu cuma ANGKA yang penting knowledge-nya, dan jadikan knowledge yang lw dapet untuk membangun negara lw (bukan hanya untuk bekerja di perusahaan luar negeri besar dan dapet gaji gede sama aja lw bikin kaya negara itu). pernah gue nonton di Kick Andy beberapa profesor-profesor dari Indonesia tapi mereka melakukan riset di luar negeri dengan bayaran dari luar negeri dan penemuannya tersebut dipakai untuk luar negeri , alasan mereka 'no future...' emang no future sieh disini... tapi dengan knowledge lw, suatu hari nanti lw bakal bisa jadi future buat orang-orang yang berpotensi kayak mereka...
  • jangan berharap lw bakal disuruh jadi WNA dan hidup nyaman di negeri orang dengan knowledege lw yang lw dapat dari negeri sendiri, jika lw super smart atau orang tua lw duitnya banyak dan lw berkesempatan sekolah ke luar negeri, please balik lagi ke tempat akar budaya lw, dan bangun negeri lw dan klo lw dikirim ke luar negeri untuk bekerja, terapkan ilmu itu di negara lw...
  • turuti peraturan yang pemerintah buat, klo emang lw gak setuju lakukan dengan cara yang TERPELAJAR bukan malah bakar-bakaran jalan atau berantem sama aparat, memang mengikuti peraturan yang sudah dibuat bikin ribet, tapi itu bisa meminimalisir korupsi di Indonesia (please deh KPK buang2 APBN aja tau gak) bayangin yah klo penduduk Jakarta aja bikin SIM sesuai ketentuan (dengan tes) pasti dengan sendirinya polisi-polisi tersebut gak korup dan lagi lw akan merasakan sebuah kebanggaan tersendiri saat dapet SIM itu (klo kemarin gue nembak SIM mobil bokap mungkin udah ancur gara-gara gue belum lancar parkir pararel).
  • pakai produk buatan dalam negeri. bisa membuat bisnis UKM (usaha kecil dan menengah) maju dan itu juga bisa menambah pemasukan negara (impian sekolah gratis bisa didepan mata).
  • bayar pajak dengan jujur. tenang aja para petinggi yang suka nyelewengin pajak bakal malu sendiri klo rakyat semuanya bayar pajak dengan jujur toh kita punya alasan buat marah2 ke KPK soal Gayus Tambunan (gak usah munafik, gak menutup kemungkinan mereka yang ikut ribut-ribut soal gituan juga melakukan tindakan tidak jujur lainnya).
  • jangan lupa sama budaya lw, Ok globalisasi membuat peluang masuknya budaya asing.. gue gak nyuruh lw buat jadi seorang yang chauvanisme, tapi mari kita lakukan akulturasi saja, dimana kita memadupandankan kebudayaan yang masuk, gak salah koq kebudayaan asing masuk, tapi jangan sampai kita menganaktirikan kebudayaan kita sendiri, dan kita bisa mengadopsi kebudayaan luar yang emang positif dan sesuai dengan kebudayaan kita... (kayak janji tepat waktu).
  • HARGAI PRULARISME, gue lahir dari keluarga yang sepupu gue muslim dan tante gue udah di babtis jadi Kristen... kakak ipar gue Sunda dan sodara gue orang Denmark, om gue Manado dan om gue yang satu lagi China, om gue yang satu lagi Jawa, dan temen-temen gue adalah orang Batak dan seorang Nasrani, orang Jawa, Manado, (wah banyak) dan cowo gue adalah orang Jawa dan Muslim, , buktinya hubungan kita fine-fine aja tuh.... itu karena kita saling mengerti dan memahami budaya dan kepercayaan masing-masing, jangan judge A klo lw gatau apa itu A... klo soal agama gue punya jalan pikir sendiri 'Tuhan itu cuma satu (dan itu yang kita yakini) tapi jalanNya berbeda-beda (dan itu adalah agama)' yang namanya kepercayaan dan keyakinan adalah hal yang paling hakiki dan pribadi, jujur aja tiap ada tante gue yang harus pindah agama, gue menyayangkannya tapi itu adalah jalan hidup dan pilihan hati dia, kita gak boleh dan gak berhak mengcompare agama, agama sesungguhnya adalah suatu diferensiasi sosial. gak ada yang lebih benar dari yang lain. tolong yakini itu. yang jadi identitas lw adalah diri lw sendiri bukan suku atau agama lw... ohyahhh lw mau tau gue sendiri apa.... gue adalah orang Bali dan seorang Hindhu yang liberal, gue dari TK sampai SMA belajar agama Kristen dan buktinya gue tetap seorang Hindhu.
Nah itu dari gue, mungkin kalian semua punya cara yang lain...
Please gue tekankan, negara kita emang udah bobrok, tapi klo kita cuma ngeluh doank gak ada hasilnya man....
atau lw mau melarikan diri dengan mencari greencard? (klo negara kita negara konflik parah sieh gue sangat menyarankan itu, tapi ini toh kita masih lumayan aman...)
lw artinya pengecut karena lari dari masalah...
OK, yang diatas adalah point of view kedua dari film pendek yang gue tonton...
yang ketiga adalah...
buat rekan-rekan mahasiswa....
sebenarnya apa sieh landasan kalian buat demo-demo dengan aksi-aksi anarkis?
apa benar adanya sebagai momentum pergerakan mahasiswa untuk membangun bangsa?
atau sebagai pelarian belaka?
menurut gue, di era teknologi dan informasi lw bisa menghemat uang dan tenaga lw dengan bikin group di facebook man.....
gak usah demo dengan ngetes emosi aparat terus bikin risuh terus bikin aparat marah klo aparat udah marah demo lagi....
mending kuliah yang bener, simpan pengetahuan lw buat bangun negara ini sebaik yang lw mau... (dan baik untuk kepentingan bersama yaaah)...
gue cuma ngerasa aja, demo-demo yang rekan mahasiswa lakukan akhir-akhir ini gak ada isinya, kalian seperti meneriakan sesuatu yang gak kalian pahami, ikut-ikutan doank....
gelar mahasiswa adalah sebuah gelar eksklusif dan dengernya aja berkesan intelek banget, tapi klo kayak gini masyarakat juga jadi males sama kita, bisa jadi suatu pencitraan negatif ke publik...
lw bayangin aja klo temen lw yang lain emang demo beneran tapi pada nyepelein, kasian mereka khan...
dan kasian kakak-kakak senior kita yang mempertaruhkan nyawa mereka demi memberi kita sebuah era reformasi seperti yang sekarang sudah kita nikmati sekarang ini...
gue mengkritiksasi begini karena terkadang demo-demo yang ada baik yang dilakukan mahasiswa maupun yang bukan mahasiswa itu hanya memperjuangkan kepentingan tertentu dan mengorasikan hal gak penting....
kadang ada yang penting tapi ternyata mereka gak tau apa makna apa mereka orasikan tersebut...
katanya demo-demo tersebut udah ada yang rancang dan ngebayarin pesertanya tapi jangan maulah digituin, urusan perut emang berat urusannya man, tapi apa iya lw mau nila setitik hilang susu sebelanga?
sekian dari gue, semoga lw semua merenungkan dan melakukannya....
berjuang buat negara...

0 comments: